Meresapi Makna Perkembangan Teknologi



    Dalam hidup yang seumur jagung ini, aku dilibas oleh yang namanya teknologi. Begitu pesat ia berkembang tiada yang mampu membendung. Orang bilang dan  memberi nama "Gen Z", generasi yang ditandai dan sinyalir oleh sekelompok besar anak muda yang mengubah segala-segala tanpa mempertimbangkan kesadaran makna hidup. Generasi yang menurut Baym dan Boyd ruang maya yang mengaburkan pandangan antara fakta dan hoax, personal identity atau persoalan publik. Siapa yang lebih kuat dan banyak pengikut, dialah menang. (Baym Nancy. K,Personal Connections in the Digital Age. (London: Polity, 2010).
 
    Tak dapat dimungkiri, masyarakat dunia dipaksa untuk memahami perjalanan kemajuan tersebut. Masyarakat dunia dipaksa melek dan tanggap dalam menyongsong aliran deras kemajuan teknologi. Masyarakat dunia dioyak dan dipaksa tunduk dalam arus yang super deras tersebut. Berita ditransisikan pada sebuah layar. Zaman di mana orang kecil linglung dan tolah-toleh pada yan disebut gadget. Sedangkan pemain-pemain senior menikmati hasil dari cyberspace yang dibuat sendiri. 

    Lalu, bagaimana nasib wong cilik dan kaum-kaum kecil yang tiada punya pengetahuan tentang teknologi? Tak ada yang dapat menjawab pertanyaan itu kecuali alam. Dan termasuk dari wong cilik tersebut adalah aku. Tak tahu bagaimana cara menghadapi arus teknologi tersebut, aku tergilas dalam putaran taufan badai perkembangan. Tuhan, yang Mahatahu dan Mahabijaksana, aku tahu tak ada yang susah di ranah kekuasaan-Mu yang maha luas, maka tahukanlah hamba untuk menghadapi kekuatan dahsyat perkembangan teknologi ini.

    Terbayang bagaimana negara-negara maju telah me-launching penemuan-penemuan hebat mereka. Sampai-sampai tiada akalku yang kecil cakupan pengetahuan ini mampu menangkap kecerdasan mereka dalam merakit alat-alat canggih tersebut? Sedangkan aku masih tak tahu cara internet bekerja, cara robot dapat diperintah tanpa pernah membantah macam malaikat. Belum lagi, baru seminggu kemarin aku diberi tahu oleh guru bahwa 70% pekerjaan manusia di negara yang aku tak mau sebutkan namanya (agar kau cari sendiri) telah digantikan oleh robot. 
    
    Kalau macam itu faktanya, kegunaan manusia tak ada artinya untuk dimanfaatkan dalam sistem bisnis dan industri, sebab robot lebih ahli dan lebih manut perintah atasan, bayangkan, tanpa nafsu dan mood yang hilang. Ya, manusia masih punya potensi untuk marah dan menesu bila diperintah oleh atasan karena banyaknya menyia-nyiakan waktu kerja. Belum lagi butuh waktu istirahat untuk mereka makan. Sedangkan robot? Hei, ia tak punya rasa marah dan mood dalam menjalankan perintah dan titah atasan. macam malaikat, ia tak pernah mengeluh dalam bertugas.

    Kemudian matahari buatan yang digadang dan disombongkan lebih panas 1 juta kali lipat melebihi matahari asli itu. Andaikata meletus matahari itu dalam kubang negara yang sedemikian kecilnya dibanding matahari, bagaimana akan membendung? Apa tidak habis terlumat? Mau sehebat apapun otak manusia menciptakan suatu teknologi, tak akan sedikit pun menyamai ciptaan-Mu, Allah.

    Coba bagaimana engkau memandang ini, Kawan? Kirimkan di Sabda Diksi! Aku tunggu.