KPMRT: Ombak Kecil Kepekaan Kemanusiaan

KPMRT: Ombak Kecil Kepekaan Kemanusiaan

 KPMRT: Ombak Kecil Kepekaan Kemanusiaan

        Di antara sekian juta atau milyaran majelis yang ada di dunia ini, satu di antaranya adalah Golongan Mahasiswa Tuban yang ada di Yogyakarta. Kami menyebutnya KPMRT. Sebuah komunitas yang didasari oleh kehausan intelektual anak cucu-anak cucu Mbah Ronggolawe itu membikin semacam gerakan kecil dari sekian gerakan besar pejuang khazanah pengetahuan, semacam riak ombak kecil yang terlilit berjuta-juta gelombang besar ombak samudra.

        Didasari oleh kepekaan terhadap kemanusian era Milenial dan Gen-Z, bocah-bocahnya Ronggolawe itu membundar, membahas suatu problematika sosial anak muda, mengangkasakan ide-ide dan gagasan-gagasan yang super ortopoksis. Dan di antara gagasan-gagasan dan ide-ide tak ingin aku menjabarkannya di dalam tulisan ini. Sebab, hendak kusampaikan di sini ungkapan rasa syukur atas anugerah Tuhan yang meletakkanku pada sebuah komunitas yang tak ada konsep antara raja-prajurit, guru-murid. 

        Dan Tuhan, sebagaimana kekasih-Mu, Kanjeng Nabi, sabdakan dalam sebuah hadits: "Barangsiapa menempuh jalan yang mengandung sebuah keiilmuan, Allah Swt mudahkan jalan menuju surga", mudahkanlah surga itu pada kami. Surga yang sebelum surga hakiki, yaitu sebuah cakrawala keilmuan seluas samudra hingga kita dapat menampung segala-segala kepahitan dan masalah dalam hidup ini tanpa pernah merubah suasana batin kita yang selalu ada Engkau di dalamnya.

***

         
Kata Mas Azam dan Mas Brosot, majelis atau komunitas KPMRT ini sudah berdiri jauh sebelum aku lahir. Aku anak kecil yang diwujudkan oleh Tuhan pada era handphone mulai merebak dan mengakuisisi sebagian otak manusia. KPMRT lahir dari kehausan nalar berpikir para mahasiswa Tuban.

Hingga kemudian mati suri ditelan oleh kesibukan-kesibukan kemanusiaan. Pada entah beberapa bulan lalu, KPMRT mulai disiram oleh seorang bernama Mas Endri menjadi tumbuh. Benih-benihnya sudahlah ada sebelum kematian suri itu. Sebab kematiaannya tak lebih lama dari waktu satu orang manamatkan kuliah. Buktinya, Mas Azam masih setia mendampingi kami para kader-kader baru yang gemilang dan cerah oleh cahaya kepekaan ini. Ha ha ha.

"Hidup ini tak ada artinya tanpa kemanusiaan," kata salah satu buku yang pernah sahaya baca. Dan KPMRT mengimplementasikan itu. KPMRT menyangga tugas kemanusiaan itu melalui gelombang kecil bertajuk diskusi intelektual ini. Dan dengan izin Tuhan, terlaksana sebuah diskusi besar yang dihadiri orang-orang keren (mungkin dari kacamata sebagian besar orang sedikit), dalam tanda kutip "Ketek leRen". Ha ha ha.

*** 

"Selamat berjuang, kawan!"