Pintalan Kerinduan

Aqib Muhammad Kh

Pintalan Kerinduan

Aku kenang kau dalam ingatan yang tiada pernah putus dan pupus. Dalam endapan spiritualitas yang bergerak dinamis, aku selalu memintal benang kerinduan yang kian bengis dan sadis ini, Kekasih. Dan tiada yang dapat tersampaikan satu pun senorita yang tercipta karenanya. Layaknya hening, benang kerinduanku pun juga.


Pada cahaya asmara, kukira warna dari endapan kerinduanku adalah emas, tapi ternyata gelap, hitam. Aku orang dengan kekotoran dan kekumuhan ini datang pada alam untuk mengadukan nasib rinduku. Kutemui kamu dalam bayang-bayang mega. Bias. Samar. Tak kutemui barang sedikit pun sama—bahkan hampir— denganmu.

Handphone Rahimahullah
Handphone Rahimahullah. Segera Terbit di Dawuh Guru. 

Hampir setiap pagi selepas bangun dari kematian sementara, aku tulis sajak untukmu. Kubaca sendiri. Tak ada satu pun manusia yang kuizinkan mendengar. Aku larungkan kepedihan-kepedihan, kesedihan-kesedihan, hari lalu pada setiap itu. Aku terbang-hanguskan melalui asap rokok. Aku hantamkan kepahitan-kepahitan merinduimu dengan menyapa ruhmu dalam bayangan.

"Jika sesekali kita pernah patah dalam mencintai seorang, maka ingatlah bahwa masih ada orangtua yang —tanpa pernah kita minta pun— sangat sayang dan peka pada kita," begitu kata seorang. Tapi, ini bukan soal peka dan sayang, Kawan! Ini soal kepastian. Bukankah segala rasa yang telah sedemikian kuat menancap dalam relung seorang insan, kepastian perasaan yang sama (cinta) adalah obat dan penawarnya?

Tapi, ini bukan sekadar kepastian. Lalu apa? Ini soal kausalitas (sebab-akibat). Sebab dari kekasih memberi kepastian itu apa? Sedang setiap orang punya standarisasi berbeda-beda. Dalam ortopoksi sosial, atau ortodoksi teologis implementatif, lain orang lain mauzun, lain standarisasi


Dari itu, kalau kau cinta pada seorang, cari tahu dulu bagamana standarisasi kekasihmu dalam memberi kepastian! Kita tak boleh menyalahkan kerinduan. Se berapa pun benang kerinduan kau pintal, bila yang kau ingini adalah egoismu, standarisasimu, kekasihmu tak peduli.


Mencintailah tanpa merasa tersakiti. Hiduplah dengan cinta yang seperti itu, niscaya kebahagiaan yang kau petik. 


Maka, maafkan aku, Kekasih. Aku terlalu egois dalam mencintaimu. Izinkan aku merinduimu tanpa sepengetahuanmu. Biar aku saja yang sakit, kau jangan. 


26 Januari 2023

Aqib Muhammad Kh