Wanita Berkelas: Wanita Cerdas

Pexel free, by: Irem Meric

          sabdadiksi.my.id. Mengenyam dunia pendidikan adalah keinginan seluruh insan semesta. Tak terkecuali seorang wanita yang sering kali mendapatkan sikap tak adil dalam hal ini. Banyak dari mereka yang rela berjuang mati-matian demi sebuah pendidikan. Tak jarang pula cibiran orang-orang sekitar membuat hatinya hancur, semangatnya pudar, tekadnya untuk meraih kesuksesan harus rela terhenti di tengah jalan. Namun, sejalan dengan itu, seorang wanita tak berhenti begitu saja, ia tak merasa putus asa. Justru cibiran tersebutlah yang nantinya akan membangun semangat baru dalam memperjuangkan hak-haknya dalam meraih pendidikan.

Tak sedikit pula yang berkata: “Untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi? Kalau  ujung-ujungnya di dapur juga.” Stereotipe seperti itulah yang selalu berada dalam bayangan saya dan juga kaum hawa lainnya. Padahal jika melihat perjuangan pahlawan perempuan dulu, pastilah menangis haru tersedu-sedu. Bagaimana tidak? Mereka susah-payah memperjuangkan hak wanita agar mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki. Mengorbankan seluruh jiwa raga bahkan hartanya, demi mencerdaskan wanita pribumi kala itu. Eh! Giliran generasi sekarang malah se-enak jidat (melakukan sesutu tanpa memikirkannya terlebih dulu)  meremehkan pendidikan seorang wanita.

 Memang apa salahnya coba wanita berpendidikan tinggi? Bukankah wanita itu Al um madrasatul ula, madrasah pertama bagi anak-anaknya? Lalu, apa yang diragukan lagi dengan pendidikan seorang wanita? Kalau dipikir secara logika, wanita berpendidikan pastilah ia  memiliki karir yang bagus dan nantinya karir tersebut bisa menunjang ketika berada dalam fase kehidupan rumah tangga. Hal tersebut sangat membantu sekali loh, Kawan.

Bayangkan saja bilamana seorang wanita ketika berumah tangga pastilah dituntut harus bisa ini-itu dan perannya pun sangat banyak. Ia bisa jadi ibu untuk anak-anaknya, jadi istri untuk suaminya, pekerjaan tetap sebagai ibu rumah tangga begitu meriwehi kepala. Belum lagi ketika anak-anaknya mendapat tugas dari sekolah, seketika itu wanita bisa jadi guru terbaik dan seolah memiliki wawasan yang luas. Wanita juga bisa menjadi partner suaminya dalam segala hal, seperti; masak, mencuci, bersih-bersih, merawat anak, dan masih banyak lagi. 

Ingat, Kawan! Negara kita telah merdeka begitupun pendidikannya. Pria dan Wanita merupakan mahluk intelektual yang harus mendapatkan pendidikan yang sama. Tidak ada istilah Pria yang harus berpendidikan tinggi sebab ia akan menjadi pemipin rumah tangga. Menurut saya, wanita juga bisa jadi pemimpin, buktinya banyak sekali pejabat wanita yang tak kalah hebatnya dengan Pria. Tak sedikit juga wanita yang menjadi pimpinan di sekolah, kantor, bahkan perusahaan ternama sekalipun dan masih banyak lagi.  Hal itu terjadi sebab wanita juga memiliki potensi memimpin yang baik, sehingga pendidikan sangat berarti bagi wanita.

Sebagai wanita jangan hanya berkelas saja, tapi harus cerdas. Sebab wanitalah yang nantinya menjadi pendidik pertama bagi anak-anaknya sebelum masuk dalam dunia pendidikan formal. Wanita akan menjadi cermin kehidupan yang kelak segala tingkah lakunya akan terpatri dalam memoar sang Anak.

Jadi, tidak ada salahnya jika wanita berpendidikan tinggi, sebab mereka akan menjadi ibu. Seorang ibu wajib memiliki wawasan serta pengetahuan yang luas. Ketika anak mereka tumbuh dewasa. Ia akan bertanya tentang banyak hal, bisa jadi tentang pelajaran. tentang agama, bahkan tentang bagaimana menghadapi sebuah masalah. Jadi pendidikan seorang Wanita bukan semata-mata untuk menyaingi kehebatan seorang Pria, melainkan untuk mencetak generasi yang yang unggul dan berpikir maju demi sebuah bangsa.

Dari pada itu, mari sama-sama menyadari betapa pendidikan seorang wanita bukan hanya untuk dirinya sendiri. Melainkan untuk mendidik keturunan mereka agar menjadi manusia yang cerdas dan bernalar kritis. Paling tidak, meskipun seorang wanita tidak bisa menjadi guru di sekolah, ia akan menjadi guru di rumah. Guru paling tulus untuk anak-anaknya.

Semoga sedikit uneg-uneg dari saya ini bisa kalian ambil pelajarannya, Kawan. Meski saya tau bahwa coretan saya tidak ada apa-apanya dibandigkan dengan kelebihan yang kalian miliki saat ini. Wawlahu a’lam.



Profil Penulis: Putri Rn, mahasiswi UIN Tulungagung, belajar mencercap pelajaran semesta. Sering menulis puisi, tapi sering tidak. Menulis untuk belajar.