Nguprih Ilmu: Rekoso Bondo Dunyo


           Sebagai orang jawa sudah tentu tidak asing langi dengan kata “Nguprih” dan “Rekoso” bukan? Iya, saya rasa juga seperti itu, Teman. Nguprih dalam Bahasa Indonesia yaitu mencari.  Sedang rekoso saya memaknainya adalah sengsara, berat, dan berani berkorban. Jadi, tidak lain maksud judul saya adalah ketika seseorang niat mencari ilmu, harus rela berkorban harta benda. Sebab, apapun itu bentuknya yang namanya pengetahuan pastilah mahal bukan? Mana ada sekolah yang secara keseluruhan gratis-tis, sudah tentu tidak ada kan? Lah, wong mau ke toilet umum aja bayar. Masak mau sekolah yang nantinya bakal dapat pengetahuan, masih tidak mau bayar? “Duh, kok milih sak penak e dewe tho wong-wong iki” (memilih semaunya sendiri).  

            Ibu saya pernah berkata: “Bondo dunyo, lek diniati gawe golek ilmu, insya Allah gak bakal entek tur ya gak mlarat, Nduk.” Maksudnya adalah harta benda, jika diniatkan untuk mencari ilmu, insya Allah tidak bakal ada habisnya, pun juga tidak bakal miskin. Sekejap itu, saya pun membayangkan seseorang yang sukses dalam hal materi, sudah tentu dulu waktu sekolah biaya yang dikeluarkan pasti banyak pula.

            Katanlah, Dokter yang tiap bulannya digaji lebih dari cukup, bahkan turah-turah, waktu sekolah sudah jelas ia juga butuh biaya banyak sekali bukan? Polisi, yang tiap bulannya digaji lengkap dengan tunjangannya. Pastilah waktu sekolah orangtuanya, rela mengeluarkan harta benda demi anaknya agar bisa mencapai cita-cita tersebut, dan masih banyak lagi tentunya orang-orang hebat di dunia yang menggorbankan harta bendanya demi sebuah ilmu.

            Lalu, mengapa saat ini masih banyak orang tua yang mengeluhkan biaya pendidikan anakanya? Parahnya lagi, mereka pun tega menuntut sekolahan yang sudah jelas-jelas tempat anaknya menuntut ilmu, hanya karena adanya biaya tambahan ini-itu, Astagfirullah. Pak-Buk, ingatlah! itu semua juga demi kebaikan anak-anak panjenengan sendiri kan? Kalau anak pinter yang seneng siapa? Anak sukses yang bangga siapa? Pasti orang tuanya juga kan! Sudah tau itu, mengapa masih saja eman dan pritungan untuk pendidikan anak panjenengan semua?

            Dalam kitab Ta’lim Muta’alim karangan Syaikh Az-Zarnuji, dijelaskan beberapa bekal/syarat seseorang dalam mencari ilmu salah satunya yaitu “Bulghatun” (cukupnya modal/biaya). Jadi, orang yang menuntut ilmu setidaknya ada biaya yang dikeluarkan, entah itu banyak atau sedikit. Sebab, tidak ada ceritanya orang mau sukses tanpa modal sedikit pun, benar nggak?

            Memang, saat ini masih ada sekolah gratis dan juga beasiswa dimana-mana. Menurut saya itu semua relatif. Bisa saja, gratisnya itu dalam hal SPP saja kan? Lalu, untuk keperluan lainnya seperti; buku, seragam, uang transport kan juga kita sendiri yang ngeluarin biaya untuk memenuhi itu semua. Jadi tidak ada yang namanya menunut ilmu tanpa sangu.

            Dawuh, Imam Syafi’i: “Laa yashluhu tholabul ilmi illa limuflis” (tidak layak bagi seseorang yang menuntut ilmu, kecuali orang yang siap miskin/bangkrut). Dalam sebuah riwayat dikatakan, Imam Malik rela menjual kayu yang menjadi penopang atap rumahnya, demi sebuah ilmu. Imam Ahmad, yang rela melakukan perjalan tanpa memakai alas kaki. Sebab, sandalnya telah digadaikan untuk bekal menuntut ilmu.

            Masya Allah, luar biasa bukan main, perjuangannya. Banyak Ulama’ dahulu, rela mengorbankan apapun termasuk hartanya, dalam menuntut ilmu. Dari pada itu, mari ubah ‘minsed’ bahwa pendidikan itu tak memerlukan biaya. Jika ingin meraih sebuah kesuksesan. Pastilah ada perjuangan yang tidak mudah. Ikhlaslah, jika ada segala sesuatu yang harus dikorbankan. Maka niscaya kebahagiaan akan terpancar dalam setiap usahamu, Teman.  

            Untuk itu, mari tanamkan pada diri kita dan motivasilah agar senantiasa tidak pelit harta untuk berjihad ilmu. Jika dirasa hal itu berat, maka yakinkan diri ini. Bahwa kita adalah seorang muslim yang wajib hukumnya dalam mencari ilmu. Sebagai mana dawuh Kanjeng Nabi: “tholabul ilmi faridhotun ala kulli muslimin wal muslimatin” (menuntut ilmu itu wajib bagi setiap bagi muslim laki-laki, dan muslim perempuan). Dengan seperti itu, secara tidak sadar diri kita akan legowo dan meniatkan itu semua lillahita’ala.

Maka dari pada itu, Ingatlah! Berapa banyak Ulama’ yang rela mendarmabaktikan hartanya untuk sekedar mendapat ilmu? Apakah mereka mengeluh? Tidak, kan! Sebab mereka tau ilmu pengetahuan jauh lebih berharga, dari pada harta dunia.

Semoga Allah senantiasa menggolongkan kita bersama orang-orang yang berilmu. Robbi zidni ilman nafi’a warzuqni fahma. Aamiin.

          


Profil Penulis: Putri Rn, kekasih semesta, berdomisili di Tulungagung. Suka makan Gacoan, tapi sering kepedasan. Katanya sih sabar, tapi marahan.