Hormat Guru: Rumus Sukses Seorang Murid

Sekuel buku Catatan Seorang Pejalan

Menjadi mahasiswa tingkat akhir bukan main pusingnya. Tugas akhir begitu meriwehi kepala, belum lagi pertanyaan orang-orang yang maha julid; “Kapan wisuda?", "kapan nikahnya?", "kok belum kerja?", dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya. 

Ke-hedon-an rela ditinggalkan demi tumpukan kertas bertuliskan "skripsi". Berbeda ketika masa SMA yang apa-apa telah disiapkan gurunya. Kita sebagai murid hanya tinggal duduk manis mendengarkan setiap pelajaran yang disampaikan oleh guru dan pasif.

Salah satu guruku berpesan: “Nanti kalau sudah kuliah kamu harus bisa mengatur waktu sendiri, kalau sekarang mah enak, apa-apa masih dipantau sama bapak dan ibu guru. Lha kalau kuliah, siapa yang memantaumu setiapa hari?”

Duh, ada benarnya juga kata guruku ini. Memang kehidupan jaman kuliah dan SMA sangat jauh, apalagi menjadi mahasiswa yang jauh dari orang tua. Pastinya harus punya nyali besar dan mental baja. Kehidupan kost, asrama, pondok yang akan menghiasi kesehariannya dalam berjihad mencari ilmu, Subhanallah, jadi rindu masa-masa SMA.

Ngomong-ngomong jaman SMA, saya jadi inget beberapa pelajaran yang disampaikan guru-guru saya waktu duduk di Madrasah Aliyah (semoga kesabaran serta kesehatan menyertai mereka. Amin). 

Waktu itu puasa hari kelima, seperti biasa para siswa berbondong-bondong menuju serambi masjid yang keberadaanya tak jauh dari madrasahku untuk sekedar mengaji beberapa kitab kuning. Tradisi seperti ini sudah diterapkan sejak beberapa tahun lalu hingga sekarang.

Sore itu para siswa mengaji kitab Akhlaqul libanin yang dikarang oleh Syekh Umar bin Ahmad. Dengan bimbingan Ustadz Abdun Nasir para siswa khusyuk memaknai setiap kata-katanya. Beliau berkata: “Murid iku lek wes lulus onok loro model kesuksesane, siji sukses karo bondone, nomer loro sukses karo ilmune, tapi senga paling awet sukses karo ilmune." 

Maksudnya adalah seorang siswa ketika sudah lulus akan mencapai pada dua macam kesuksesan, yang pertama ia akan sukses dengan harta benda atau materi, kedua akan sukses dengan ilmunya, tetapi diantara keduanya yang paling awet (bertahan) adalah kesuksesan dengan ilmu.

Kemudian ada salah seorang teman bertanya: “Wah kalau gitu saya mau sukses dengan ilmu saja bagaimana caranya Pak?. Dengan senang hati beliau menjawab: “Sangat mudah sekali caranya yaitu dengan menghormati guru-gurumu."

Setelah beliau menjelaskan panjang lebar, saya pun merekamnya dalam memori otak saya yang tak tau berapa kapasitasnya, dan tak tau pula akan bertahan lama atau justru hilang seketika. 

Pada intinya jika menginginkan kesuksesan dan manfaat ilmunya, hal dasar yang harus diterapkan oleh murid adalah menghormati guru sebagaimana ia hormat kepada orang tuanya.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghormati guru sesuai isi kitab Akhlaqul Libanin adalah:

1. Biasakan duduk dihadapan guru dengan sopan santun penuh tawaduk.

2. Berbicara dengan penuh sopan dan kelembutan.

3. Ketika guru berbicara atau menjelaskan pelajaran, jangan sekali-kali memotong pembicaraannya, tunggulah samapai selesai jika ingin bertanya.

4. Senantiasa mendengarkan dan memperhatikan setiap pelajaran yang disampaikannya.

5. Jika tidak paham dengan materi yang diajarkan, bertanyalah dengan sopan dan halus, atau bisa juga mengangkat tangan terlebih dahulu sampai diizinkan untuk bertanya.

6. Jika guru memberikan pertanyaan, berdirilah dan jawab setiap pertanyaan-pertanyaan dengan baik.

7. Jangan sekali-kali menjawab pertanyaan yang diberikan guru kepada murid yang lain, karena itu kurang beradab.

Simpel kan menghormati seorang guru, terlihat sepele namun menerapkannya butuh keistiqomahan dan penuh kesadaran. Dan setelah saya pikir-pikir benar memang, kalau kita menghormati guru, patuh terhadap perintahnya Insya Allah ilmu yang diberikan akan sangat bermanfaat dan secara tidak sadar kita semua telah merasakan kemanfaat itu semua.

Misalnya yang dulunya belum mengetahui bacaan shalat, setelah diberi pelajaran praktik ibadah oleh gurunya, sekarang sudah bisa dan lancar bacaan shalatnya. 

Lalu ketika dewasa dan punya anak ilmu tentang shalat bisa diajarkan kepada anak-anaknya dan mejadikan mereka orang-orang yang ahli ibadah juga ahli ilmu sehingga sedikit banyak orang tua akan kecipratan pahalanya dan bonus anak-anak yang soleh dan solehah.

Amiin allahumma amiin. 

Seperti itulah yang dinamakan awetnya kesuksesan dengan ilmu, tidak hanya dirasakan sendiri manfaatnya, tapi juga menyebar kepada orang lain.

Semoga kita senantiasa menjadi orang-orang yang ahli ilmu dan selalu dikelilingi orang-orang yang ‘alim, Amin.



Penulis: Putri Rn murid semesta yang belajar mengabadikan dirinya lewat diksi-diksi yang masih terkocar-kacir dalam setiap tulisannya. Semoga bermanfaat.